Mencintai Diri Sendiri: Perjalanan Menemukan Arti Cinta di Dalam Diri

Saat oracle reading dengan seorang klien, salah satu kartu yang muncul: Love. Kartu ini memberi pesan penting tentang awal mula manusia semestinya belajar arti cinta, yakni dengan mencintai diri sendiri terlebih dahulu.

“Tapi gimana caranya mencintai diri sendiri, Jeng?” tanya klienku.

Aku terdiam sejenak. Pertanyaan itu melempar aku ke momen pertama mengenal konsep ‘love yourself’ beberapa tahun silam. Waktu itu tahun 2018, aku menonton drama Korea It’s Okay, That’s Love.

Ada adegan tokoh utama laki-laki yang yang berjuang menyembuhkan trauma berat di masa kecil. Di akhir episode, setelah bisa memproses trauma dan menyembuhkan diri, dia mengucapkan terima kasih kepada diri sendiri setiap hari.

Sebagai penulis sekaligus penyiar radio, dia mengutarakan konsep terima kasih itu saat siaran. Orang-orang yang mendengarkan pun mengikuti dia. Banyak yang mengucapkan terima kasih kepada diri sendiri di depan cermin sambil tersenyum.

Serial itu meninggalkan kesan mendalam di hati aku. Tapi di titik itu, aku baru mengenal ‘love yourself’ masih berupa konsep atau gagasan, belum benar-benar mempraktikannya.

Selang beberapa tahun, muncul istilah ‘self reward’ yang popular di media sosial. Aku pun terbawa dengan tren itu. Ada fase ketika aku gemar membeli barang-barang bermerek atau menyantap makanan yang harganya bisa sampai ratusan ribu rupiah sekali makan sebagai hadiah untuk diri sendiri yang telah berhasil mencapai tujuan-tujuan kecil atau besar.

Akan tetapi, semakin sering aku membeli—untuk memuaskan hasrat ‘self reward’, bukan untuk memenuhi kebutuhan primer—semakin aku tidak menemukan apa-apa. I felt unfulfilled.

Aku Berhenti Mencari Arti Cinta di Luar

Love yourself, love life, love your past, love your experiences, love what is obvious, love synchronicities. (Foto: Unsplash)

Pencarian aka tentang makna ‘love yourself’ tidak berhenti di situ. Pandemi ternyata telah memberikan aku sebuah perjalanan sekaligus titik balik untuk secara perlahan tidak lagi mencari arti ‘love yourself’ pada kebendaan.

Selama masa social distancing, diri ini tergerak untuk mempraktikan berbagai metode perawatan diri, dari berolahraga, latihan meditasi, hingga menulis jurnal. Setelah rutin melakukannya—sampai hari ini—aku menemukan kesimpulan: mencintai diri sendiri berarti merawat fisik dan jiwa.

Seperti yang sudah aku tulis di artikel Apa Bedanya Meditasi dan Berdoa, melalui meditasi, kita sebenarnya sedang berkomunikasi dengan diri sendiri. Dalam keseharian, kita sering berharap orang-orang terdekat—seperti pasangan atau keluarga—bertanya soal kabar kita.

Ketika itu tidak terjadi, kita bisa merasa tidak diperhatikan. Melalui meditasi, kita sebenarnya bisa memenuhi kebutuhan tersebut: didengar. Kita belajar untuk hadir bagi diri sendiri—mendengarkan sensasi tubuh, pikiran, bahkan suara hati atau intuisi.

Menulis jurnal pun menjadi jembatan untuk kembali terhubung dengan diri. Kita mengenali emosi yang ada dalam diri, sekaligus memberi tempat bagi rasa syukur. Sementara itu, tubuh—yang selama ini menjadi rumah bagi jiwa—juga layak dirawat, dan olahraga adalah salah satu bentuk kasih yang bisa kita berikan padanya.

Setelah mengingat kembali proses aku memaknai ‘love yourself’ sejenak, aku berkata kepada klien, “Kamu bisa mulai meluangkan waktu untuk me time. Nggak harus lama atau seharian, tapi bisa menyisihkan 30 menit setiap hari.”

Klien aku masih menyimak.

“Di waktu tersebut, kamu bisa meditasi, kemudian dilanjutkan berdoa,” kataku.

“Iya, aku pun sekarang kalau berdoa rasanya kosong. Aku memang sedang mengalami kehampaan hidup.”

“Kegiatan apa yang kamu suka? Apakah kamu saka membaca buku? Berolahraga? Atau membuat kue?”

“Aku suka berkebun.”

“Berkebunlah. Beri ruang untuk dirimu melakukan hal-hal yang kamu suka di sela-sela rutinitas.”

Oracle reading dengan salah satu klien di luar kota. (Foto: Birgitta Ajeng)

Begitulah kurang lebih obrolan aku dan klien dari luar kota ini seputar tema love yourself dalam sesi oracle reading secara online. Mencintai diri sendiri adalah bentuk perhatian yang tulus—memberikan waktu, hati, dan pikiran bagi diri kita sendiri.

Dengan mencintai diri, kita juga belajar menetapkan batas, menghindari hal-hal yang menguras, dan mulai mendengarkan kebutuhan tubuh serta jiwa kita. Bukan soal memanjakan ego, tapi memahami bahwa merawat diri adalah kebutuhan dasar setiap manusia.

Pesan yang hadir lewat kartu Love mengingatkan kita: saat kita mampu mencintai diri sendiri, kita pun lebih mampu membangun hubungan yang sehat—baik dengan orang terdekat maupun dengan lingkungan tempat kita berpijak.


0 Comments